Selasa, 17 Juni 2025

Sejarah Dakwah dalam Islam

Kelompok 7

M.Zainul Ichwan/141; Dinny Salwa Azzahra/110 ; Alykha Anindya /145

Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam

A. Dakwah Rasullah SAW

Dakwah Islam dimulai langsung oleh Rasulullah SAW sebagai utusan Allah yang membawa risalah tauhid kepada umat manusia. Perjalanan dakwah beliau berlangsung dalam dua periode utama, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah, dengan tantangan dan strategi yang berbeda di setiap fasenya. Pada periode Mekkah, dakwah Rasulullah menghadapi penolakan keras dari kaum Quraisy, sehingga metode yang digunakan awalnya bersifat rahasia sebelum akhirnya disampaikan secara terang-terangan. Sementara itu, pada periode Madinah, Islam mulai berkembang sebagai sistem sosial dan pemerintahan, dengan pendekatan dakwah yang lebih terstruktur serta adanya perlawanan dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh kemajuan Islam.

Periode Mekkah

1. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi (Sirriyah): Pada tahap awal, Rasulullah tidak langsung mengajak masyarakat Mekkah secara terbuka, melainkan memilih orang orang terdekat yang dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi kader dakwah.

 2. Dakwah Secara Terang-terangan (Jahriyah): Setelah menerima wahyu untuk menyampaikan Islam secara terbuka, Rasulullah mulai mengumumkan ajarannya kepada masyarakat Mekkah. Langkah-langkah yang dilakukan Rasulullah dalam fase ini meliputi: Mengumumkan dakwah di Bukit Shafa, dengan mengundang keluargadan kerabatnya dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

Periode Madinah

Bahan besar dalam strategi penyebaran Islam. Jika di Mekkah dakwah lebih bersifat 

individual dan menghadapi banyak penindasan, maka di Madinah Islam berkembang 

menjadi sistem sosial, politik, dan pemerintahan yang lebih terorganisir Beberapa strategi 

utama yang diterapkan Rasulullah dalam dakwah di Madinah meliput :

1. Membangun Masjid sebagai Pusat Dakwah dan Pemerintahan

2. Mempersatukan Kaum Muhajirin dan Anshar

3. Menyusun Piagam Madinah

4. Menghadapi Peperangan dan Tantangan Eksternal.

5. Penyebaran Islam ke Berbagai Kerajaan

6. Haji Wada’ dan Khutbah Terakhir Rasulullah.

B Dakwah Masa Khulafaur Rasyidin

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin (632–661 M) menjadi periode krusial dalam 

perkembangan Islam setelah wafatnya Rasulullah SAW. Empat khalifah pertama, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, memainkan peran penting dalam mempertahankan, memperluas, serta mengembangkan Islam melalui berbagai strategi dakwah. Metode dakwah yang digunakan pada masa ini meliputi ceramah di masjid, tanya jawab, pembelajaran Al-Qur’an, diskusi, korespondensi dengan penguasa asing, hingga ekspansi wilayah Islam. Selain itu, media utama yang digunakan adalah masjid sebagai pusat pengajaran Islam serta tulisan dalam bentuk mushaf.

Dakwah Masa Bani Umayyah (661-750 M)

Masa pemerintahan Bani Umayyah (661–750 M) merupakan salah satu fase penting dalam perkembangan dakwah Islam. Pada periode ini, Islam tidak hanya mengalami ekspansi secara geografis tetapi juga mengalami penguatan dalam aspek administrasi, sosial, dan keagamaan. Bani Umayyah memainkan peran besar dalam menyebarluaskan Islam ke berbagai wilayah baru, memperkuat sistem pemerintahan, dan menegakkan ajaran Islam di tengah masyarakat yang beragam. Metode dakwah yang digunakan oleh para khalifah Bani Umayyah meliputi diplomasi, kebijakan administrasi, pendidikan Islam, dan pembangunan infrastruktur keagamaan. Beberapa tokoh kunci dalam dakwah pada era ini adalah Muawiyah bin Abu Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz, yang masing-masing memberikan kontribusi besar dalam memperluas dan mengokohkan Islam.

Dakwah Masa Bani Abbasiyah (750–1258 M)

Masa pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan era keemasan Islam, di mana dakwah tidak hanya berfokus pada penyebaran agama, tetapi juga pada pengembangan ilmu pengetahuan, hubungan diplomasi, serta integrasi berbagai etnis ke dalam peradaban Islam. Berbeda dengan Bani Umayyah yang lebih menekankan ekspansi wilayah, Bani Abbasiyah lebih menitikberatkan pada penguatan intelektual, keadilan sosial, dan pembauran budaya.

Dakwah Pasca-Kekhalifahan

Pasca runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah pada 1258 M, Islam tetap bertahan dan berkembang melalui berbagai dinasti dan kerajaan Islam, terutama Kesultanan Turki Utsmani (1299–1924 M). Sebagai salah satu kekuatan Islam yang paling berpengaruh selama lebih dari enam abad, Turki Utsmani tidak hanya menjadi penjaga Islam di Eropa tetapi juga mengembangkan Strategi dakwah yang toleran terhadap non-Muslim dan menempatkan ulama dalam posisi penting dalam pemerintahan.

Dakwah Islam di Era Kontemporer Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara manusia dalam berkomunikasi dan mengakses informasi, termasuk dalam dakwah Islam. Jika pada masa lalu dakwah dilakukan melalui majelis taklim, khutbah di masjid, dan media cetak, maka saat ini dakwah telah merambah ke dunia digital melalui berbagai platform online. Pemanfaatan teknologi dalam dakwah membuka peluang besar untuk menjangkau umat Islam di berbagai belahan dunia dengan lebih cepat, efektif, dan interaktif.Namun, di sisi lain, penggunaan teknologi digital dalam dakwah juga menghadapi berbagai Tantangan yang perlu diantisipasi agar tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, 

pembahasan ini akan mengkaji:

Media Sosial sebagai Sarana Penyebaran Ajaran IslamMedia sosial telah menjadi salah satu alat utama dalam penyebaran dakwah Islam di era digital. Platform seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan Facebook memungkinkan para pendakwah menyampaikan ajaran Islam melalui berbagai format, seperti video pendek,infografis, hingga siaran langsung. Keunggulan media sosial terletak pada jangkauannya yang Luas dan kemampuannya dalam menjangkau berbagai kalangan, terutama generasi muda. Dengan konten yang kreatif dan menarik, dakwah dapat tersampaikan secara lebih efektif, interaktif, dan mudah diakses kapan saja serta di mana saja.

1.Peran Media Sosial dalam Dakwah Islam: Media sosial telah menjadi salah satu alat 

dakwah paling efektif di era digital. Platform seperti Instagram, YouTube, TikTok, Facebook, dan Twitter memungkinkan penyebaran ajaran Islam dalam berbagai format, seperti: Video pendek yang berisi ceramah singkat dan motivasi Islami. Infografis tentang hukum-hukum Islam dan hadis.

2.Dakwah Interaktif dan Keterlibatan Umat: Selain menyebarkan ajaran Islam, media 

sosial juga memberikan ruang untuk interaksi langsung antara ulama dan jamaah. Fitur komentar, pesan langsung (DM), dan live chat memungkinkan umat Islam bertanya langsung tentang permasalahan agama yang dihadapi. Hal ini mencerminkan metode dakwah Islam 

yang mengedepankan komunikasi yang baik:

"Dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik..." (QS. An-Nahl [16]: 125) 

Namun, penggunaan media sosial dalam dakwah juga harus dilakukan dengan bijak, mengingat banyaknya informasi yang beredar tanpa validasi yang jelas. Aplikasi Islami untuk Mendukung Ibadah Kemajuan teknologi juga menghadirkan berbagai aplikasi Islami yang membantu umat Islam dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Aplikasi seperti Muslim Pro, Al-Qur’anDigital, dan Umma menyediakan fitur seperti jadwal salat, arah kiblat, tafsir Al-Qur’an, dan kajian keislaman. Streaming dan Podcast sebagai Media Ceramah Daring Selain media sosial dan aplikasi, platform streaming dan podcast telah menjadi pilihan baru dalam penyebaran dakwah Islam. Ceramah-ceramah agama kini dapat disampaikan melalui YouTube, Spotify, Apple Podcast, dan berbagai layanan streaming lainnya. Keunggulan dari media ini adalah fleksibilitasnya, di mana pendengar dapat mengakses kajian Islam kapan saja dan di mana saja, tanpa terbatas oleh waktu dan tempat. Dengan format yang lebih santai dan mendalam, streaming serta podcast menjadi sarana efektif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam secara lebih luas.

Sesi Pertanyaan 

1. Apa perbedaan antara metode dakwah Rasulullah SAW di Mekkah dan Madinah?

Jawab : Perbedaan metode dakwah Rasulullah SAW di Mekkah dan Madinah didasarkan pada kondisi sosial dan politik saat itu. Di Mekkah, dakwah bersifat rahasia dan personal, karena masyarakat dan penguasa Quraisy sangat menentang dan menindas, sehingga Rasulullah lebih berhati-hati dengan menyampaikan ajaran secara sembunyi-sembunyi melalui pendekatan individu dan diskusi moral serta keimanan. Strategi ini bertujuan membangun dasar iman di hati orang tertentu tanpa risiko penindasan besar. Sebaliknya, di Madinah, setelah hijrah, kondisi sudah berbeda. Masyarakat lebih heterogen dan memungkinkan dakwah secara terbuka dan sistematis. Rasulullah membangun institusi seperti masjid sebagai pusat kegiatan sosial dan pemerintahan serta menyusun piagam madinah untuk menjaga perdamaian antar komunitas. Dakwah dilakukan secara terang-terangan dan melibatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, Termasuk politik dan hukum, sehingga Islam berkembang sebagai sistem sosial dan pemerintahan yang terorganisasi.

2. Bagaimana relevansi pendekatan dakwah Rasulullah SAW yang bersifat kontekstual 

dan transformatif dalam menjawab tantangan dakwah Islam di era digital yang sarat 

disrupsi nilai dan informasi ?

Jawab : Relevansi pendekatan dakwah Rasulullah SAW yang bersifat kontekstual dan Transformatif sangat tinggi dalam menjawab tantangan dakwah Islam di era digital. Pendekatan ini menuntut pendakwah untuk mampu memahami konteks sosial, budaya, dan teknologi saat ini, sehingga metode penyampaian pesan dapat disesuaikan tanpa meninggalkan nilai-nilai fundamental Islam. Rasulullah secara fleksibel menyesuaikan metode dakwahnya sesuai kondisi zaman dan masyarakat yang dihadapi—dari dakwah rahasia di Mekah hingga dakwah terbuka dan terorganisir di Madinah—yang menunjukkan pentingnya pendekatan kontekstual dan adaptif. Dalam era digital yang sarat disrupsi informasi dan nilai, dakwah harus mampu menghadirkan konten yang inovatif, edukatif, dan inspiratif, serta mampu menarik perhatian masyarakat luas, terutama generasi muda. Pendekatan transformatif diperlukan untuk mengadaptasi metode dakwah agar relevan dan efektif di tengah berbagai tantangan seperti misinterpretasi, hoaks, dan komersialisasi konten. Pendekatan ini juga mengharuskan para pendakwah untuk tetap autentik dalam sumber ajaran,mengedepankan nilai-nilai keaslian Al-Qur'an dan Hadis, serta mampu menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Dengan demikian, dakwah kontekstual dan transformatif tidak hanya mempertahankan keberlanjutan misi dakwah, tetapi juga memperkuat relevansi dan efektivitasnya dalam memecahkan berbagai tantangan zaman digital yang penuh dinamika dan kompleksitas. Pendekatan ini menegaskan bahwa dakwah tidak berhenti pada transimisi pesan semata, melainkan harus mampu bertransformasi sehingga tetap mampu memberikan manfaat nyata dan meneguhkan nilai-nilai Islam di tengah perubahan zaman.

3. Dalam sejarah islam, terdapat cara berdakwah rasulullah di zaman itu, bagaimana 

penjelasan dari masing-masing point' berdakwah nya? apakah masih relevan di era 

sekarang ini ?

Jawab : Meskipun tidak secara langsung disebutkan di zaman Rasulullah, metode ini dipahami 

sebagai evolusi dari pendekatan dakwah yang lebih efektif di era modern. Rasulullah dan para sahabat menggunakan segala aspek komunikasi, termasuk lisan, tulisan, dan perbuatan nyata sebagai media dakwah. Saat ini, media sosial, streaming, podcast, dan platform digital lainnya adalah bentuk modern dari media dakwah. Relevansi sekarang: Sangat relevan, karena media digital memungkinkan penyebaran pesan Islam secara luas, cepat, dan interaktif. Penggunaan media ini harus tetap berlandaskan keaslian dan keautentikan sumber, serta bertanggung jawab agar tidak menimbulkan disinformasi atau penyimpangan. Penjelasan: Rasulullah menunjukkan agama melalui akhlak mulia, kejujuran, dan integritas dalam semua aspek kehidupannya. Pendekatan ini sangat efektif karena contoh nyata lebih meyakinkan daripada hanya ceramah verbal.

Relevansi sekarang: Sangat relevan. Keteladanan tetap menjadi metode yang paling efektif dalam mempengaruhi dan membangun karakter masyarakat modern. Contoh nyata dari perilaku dan interaksi akan lebih melekat dan memperkuat pesan dakwah.


Referensi 

M. Fathir Ma’ruf Nurasykim, Strategi Rasulullah Dalam Pengembangan Dakwah Pada Periode Mekkah (Skripsi, UIN Ar-

Raniry Banda Aceh, 2019)."Method (Manhaj) of Proselytizing of the Prophet in the Phase of 

Makkah and Medina," Jurnal Bina Ummat 5, no. 2 (2022). M. Yakub, "Komunikasi Dakwah Nabi Muhammad SAW Pada 

Periode Mekah," Jurnal Komunikasi Islam dan Kehumasan 5, no. 1 (2021).

Muhammad Amahzun, Manhaj Dakwah Rasulullah (Jakarta: Qisthi Press, 2004).

Dedy Pradesa, "Hijrah ke Habasyah: Analisis Strategi Menghadapi Tantangan Dakwah," STID Al-Hadid, Surabaya 5, no. 2 (Desember 2015).

Burhanuddin, Haidar Putra Daulay, dan Solihah Titin Sumanti, "Dinamika Kebudayaan Islam Menjelang Kemunduran 

Kekuasaan Dinasti," Mudabbir: Journal Research and Education Studies 4, no. 2 (Juli-Desember 2024).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Dakwah dalam Islam

Kelompok 7 M.Zainul Ichwan/141; Dinny Salwa Azzahra/110 ; Alykha Anindya /145 Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam A. Dakwah Rasullah...